Membangun Tanggap Bencana Melalui Radio HT
Ancaman bahaya Gunung Merapi masih ada walaupun gunung api paling aktif di Indonesia ini dalam kondisi tenang dan tidak lagi mengeluarkan abu vulkanik yang biasa disebut penduduk lokal sebagai wedhus gembel.
Setelah erupsi tahun lalu Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut masih ada ancaman sekitar 90 juta kubik lahar dingin yang sewaktu-waktu bisa menyapu kawasan yang dilalui sejumlah aliran sungai yang berhulu di Merapi.
Topik terkait
Bencana alam
Warga di seputar Merapi mengantisipasi bencana ini dengan menggunakan sistem komunikasi melalui radio HT dan pelatihan masyarakat.
Awal tahun ini bahkan hampir setengah Desa Jumoyo, Magelang, Jawa Tengah, hancur tersapu lahar dingin yang mengalir dari Kali Putih.
Aliran lahar dingin ini juga sempat memutuskan jalur Yogyakarta-Magelang.
Sementara di Yogyakarta aliran lahar dingin yang masuk ke Kali Code, menyebabkan sejumlah kawasan di kota Yogyakarta terendam banjir.
Sejumlah sungai yang biasa dialiri lahar dingin di antaranya kali Gendol, kali Opak, kali Boyong, dan kali Code yang melewati kota Yogya.
Masih tingginya ancaman Merapi ini membuat beberapa komunitas warga di lereng Merapi membentuk sistem komunikasi tanggap bencana, sebagai peringatan dini bagi warga yang berada di kawasan bencana.
Bunyi tut panjang
Radio HT
Warga di seputar Merapi menggunakan radio HT untuk mengantisipasi bencana
Jaringan Informasi Lingkar Merapi atau Jalin Merapi merupakan salah satu komunitas yang giat memberikan informasi bagi warga lereng merapi untuk mewaspadai bencana.
Salah satu cara penyebaran informasi yang telah dilakukan adalah dengan menggunakan sarana frekuensi radio HT.
Sarana radio HT ini menjadi pilihan utama karena sinyal telepon seluler tidak tembus di sebagian besar kawasan dekat puncak Merapi.
Menurut Elanto Wijoyono, kordinator Jalin Merapi Sleman Yogyakarta, banyak komunitas warga lokal yang terhubung dengan radio HT.
"Ada banyak frekuensi radio komunitas yang digunakan di Magelang, Sleman, Klaten, Boyolali untuk memantau dari hulu sampai ke bawah, ada mekanismenya untuk memantau dari radio ini," kata Elanto.
"Kalau bunyi tut panjang, artinya Merapi dalam keadaan aman. Tetapi kalau suara tut nya terputus putus atau bergelombang berarti aktifitas Merapi sedang meningkat"
Menurut Elanto, sistem penyebaran informasi ini sangat sederhana.
"Misalnya ada relawan yang naik ke atas Merapi sewaktu hujan deras, warga yang lain memantau komunikasi radio yang disampaikan warga yang di atas, jadi jika ada situasi darurat maka mereka sudah siap," tambah Elanto.
Menurut Elanto sistem ini terbukti efektif karena bisa meminimalkan risiko lahar dingin yang melintas di aliran sungai yang berhulu dari Merapi.
Sistem ini menurut Elanto sebenarnya sudah berjalan selama 10 tahun.
"Dulu pada tahun 1990-an sudah ada tetapi hanya sedikit yang memakainya. Setelah erupsi besar tahun lalu kini semakin banyak yang punya radio HT dan jadi alat utama komunikasi warga, akibatnya kadang saluran menjadi penuh,’’ kata Elanto.
Ketika BBC menyisir kawasan lereng Merapi di Sleman Yogyakarta, banyak warga yang menenteng radio HT.
"Kalau bunyi tut panjang, artinya Merapi dalam keadaan aman. Tetapi kalau suara tutnya terputus-putus atau bergelombang berarti aktivitas Merapi sedang meningkat,’’ kata Iwan, seorang warga Kepuharjo, Cangkringan, Yogyakarta.
Iwan yang kini bekerja sebagai tukang ojek di dekat puncak Merapi juga mengaku menggunakan radio HT-nya untuk menginformasikan ancaman bahaya yang dia lihat.
"Dari sini juga bisa terlihat aliran lahar dingin kalau turun hujan deras, saya langsung informasikan melalui HT ini agar yang di bawah bersiap-siap," kata Iwan.
Elanto mengatakan apa yang dilakukan dengan radio HT ini murni swadaya masyarakat.
Patok evakuasi
Tempat kumpul warga bila Merapi berbahaya
Tempat kumpul warga bila Merapi mengeluarkan abu vulkanik
Komunitas lain yang juga aktif di Merapi adalah Pasak Merapi.
Koordinator Pasak Merapi, Sukiman, mengatakan komunitas ini memberikan pelatihan bagi warga Merapi untuk memahami tanda-tanda erupsi dan upaya yang harus dilakukan jika Gunung Merapi meletus atau menghadapi ancaman lahar dingin.
Pasak Merapi membentuk Tim Siaga Desa yang dikoordinir oleh Kepala Desa setempat.
"Kami telah membuat prosedur tetap untuk penanganan bencana di masing-masing dusun, di antaranya mengenai proses evakuasi warga jika sewaktu-waktu Merapi meletus," kata Sukiman.
"Patok-patok evakuasi juga dipasang di sejumlah tempat untuk memudahkan warga jika mereka harus mengungsi, jadi tinggal mengikuti patok itu saja untuk melalui jalur yang aman dan bertemu di titik kumpul sebelum dibawa ke tempat pengungsian," tambah Sukiman.
Sukiman mengharapkan jika Merapi kembali meletus di masa datang, maka jumlah korban bisa dikurangi.
Komunitas-komunitas Merapi juga sering melakukan pertemuan bulanan yang bukan hanya terkait dengan pembahasan waspada bencana tetapi juga untuk penghijauan Merapi.
Sumber : BBC Indonesia
Penulis : Sigit Purnomo
Sejarah RAPI
Penemuan alat komunikasi radio yang menggunakan band frekuensi 26,968 -27,405 Mhz yang di negara asalnya Amerika terkenal dengan nama radio Citizent Band (CBX) maka di Amerika tersebut pada tahun 1958 secara resmi radio CB telah dilegalisir penggunaannya sebagai alat komunikasi radio antar penduduk. Sebagai organisasi pengelolaannya adalah Federal Communications Commission (FCC) yang bertugas untuk menangani pengendalian dan pembinaan para penggemarnya yang semakin banyak di masyarakat luas. Keberadaan CB terasa diperlukan oleh masyarakat di Amerika, terutama sebagai sarana komunikasi antar penduduk untuk saling memberikan informasi bila mendapat kesulitan, mohon bantuan/pertolongan dengan segera, atau untuk kepentingan gawat darurat. Dengan demikian komunikasi radio antar penduduk (CB) di Amerika berkembang dengan baik dan telah memasyarakat, sehingga instansi-instansi resmipun ikut secara aktif terjun didalamnya. Instansi yang ikut terjun antara lain : Kepolisian, SAR, Rumah Sakit, Pemadam Kebakaran, Perusahaan Listrik, dan lembaga sosial kemasyarakatan lain yang semuanya memonitor dengan menggunakan jalur/aluran 9. Disamping itu keperluan tersebut, alat komunikasi ini juga banyak digunakan untuk membantu keperluan komunikasi pada acara/event penting seperti acara olahraga maupun bentuk bentuk keramaian lainnya, demi kelancaran penyelenggaraan dan untuk mengantisipasi apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan. Perkembangan komunikasi radio CB, telah merambah ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia pun mulai dimasuki radio CB sejak dasawarsa 70-an. Kehadiran CB di Indonesia teryata terus berkembang dalam jumlah maupun penggemarnya yang penggunaannya masih bersifat liar, karena belum ada ketentuan yang mengaturya. Melihat kenyataan ini, Pemerintah mulai menyadari jikalau penggunaan CB secara liar dan jumlahnya semakin bertambah banyak tetap dibiarkan, bisa mengakibatkan timbulnya dampak negatif, karena alat komunikasi radio CB apabila oleh pemilik yang tidak bertanggungjawab dan liar dapat digunakan untuk tindakan yang bersifat kriminal, bahkan mungkin sampai tindakan subversif dan Iain-lain. Akhirnya Pemerintah mengambil tindakan penertiban terhadap pemilik dan pengguna radio CB di Indonesia, oleh karenanya Pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melegalisir penggunaan perangkat tersebut dengan ketentuan-ketentuan persyaratan serta perijinan untuk Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP).

Kebjaksanaan Pemerintah melalui Menteri Perhubungan telah menetapkan SK MENHUB RI Nomor : SI. 11/HK 501/Phb-80 tertanggal 6 Oktober 1980, tentang Perizinan Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk. Untuk pelaksanaan keputusan tersebut, maka perlu didirikan suatu organisasi yang bertugas membantu Pemerintah dalam pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP). Memperhatikan begitu pentingnya suatu organisasi pendukung atas keputusan itu maka Dirjen Postel pada tanggal 31 Oktober, menunjuk Team Formatur dengan suratnya Nomor : 6356/OT.002/Dirfrek/80, untuk membentuk Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia yang mempunyai kepentingan pembinaan, pengelolaan, dan pengendalian Komunikasi Radio Antar Penduduk. Team Formatur yang ditunjuk, yaitu :

1. SUDARTO
2. EDDIE M. NALAPRAYA
3. SUTIKNO BUCHARI
4. A. PRATOMO, Be T.T.
5. LUKMAN ARIFIN, SH
Team Formatur diberi tugas :
Menyusun AD & ART dari Organisasi KRAP tingkat Pusat
Menyusun Pengurus Pusat dari Organisasi KRAP Setelah formatur bermusyawarah pada tanggal 2 Desember 1980 di Jakarta, maka terbentuklah susunan Pengurus Pusat Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI ) dengan susunan AD & ART RAPI. Organisasi RAPI merupakan satu-satunya organisasi bagi penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk di Indonesia. Terpilih sebagai Ketua Umum pertama adalah EDDIE M NALAPRAYA. Organisasi tersebut didasarkan atas SK MENHUB No. SI. 11/HK S01/Phb-80, tanggal 6 Oktober 1980, yang pelaksanaannya diatur melalui SK Dirjen Postel Nomor : 125/Dirjen/1980, yang menetapkan KEPUTUSAN TENTANG PENDIRIAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS PUSAT ORGANISASI RADIO ANTAR PENDUDUK, tertanggal 10 Nopember 1980.
Tanggal 10 Nopember 1980 dijadikan tanggal lahirnya Organisasi RAPI, dan mulai saat itulah Radio Antar Penduduk Indonesia mulai berkiprah dalam mendukung pembangunan nasional melalui bantuan komunikasi maupun dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, politik, olahraga, kepramukaan, SAR, satuan komunikasi kamtibmas, dan masalah emergency lainnya, baik ditingkat Daerah maupun Tingkat Nasional. Perkembangan dan pertumbuhan RAPI semakin semarak dan telah menjadi suatu bagian hobby yang dicintai oleh masyarakat Perkembangan ini berlangsung terus sampai dengan tahun 1987. Tetapi dengan adanya kebijaksanaan Pemerintah melalui SK Menparpostel RI No. KM 48/PT.307/MPPT-85 yo SK No. 79/PT.307/MPPT-87 yang pelaksanaannya diatur di dalam SK Dirjen Postel No. 97/Dirjen/85 yo SKNo. 80/Dirjen/87, ? yang intinya tentang pita frekuensi 11 meter (27 Mhz) secara berangsur-angsur akan dicabut dan diganti dengan pita frekuensi 62 centimeter (476 Mhz) maka dengan sendirinya kegiatan RAPI menurun sangat drastis, penurunan ini disamping disebabkan ketentuan tersebut diatas juga karena akibat produser perangkat 11 meter menghentikan produksinya, sehingga anggota RAPI kesulitan mencari komponen maupun perangkat radio komunikasi 11 meter. Dalam kondisi seperti itulah, semua pelaku organisasi RAPI diseluruh Indonesia berupaya agar RAPI tetap eksis dan dapat melakukan kegiatan yang positip bagi anggota maupun masyarakat sebagai bentuk dharma bhakti kepada nusa dan bangsa. Dengan berbagai upaya melalui aspek legal maupun usaha-usaha memberikan masukan kepada Pemerintah agar kelangsungan hidup organisasi RAPI bisa tetap dipertahankan keberadaannya. Akhirnya Pemerintah memperhatikan serta tanggap terhadap aspirasi dari seluruh jajaran RAPI dan berdasarkan UU No. 3 Tahun 1989 Tentang Telekomunikasi yang didalamnya KRAP termaktub di dalam Pasal 5 Ayat 2, Pasal 12 Ayat 1 dan Ayat 3, maka Pemerintah melalui SK Menparpostel No. KM 26/ PT.307/MPPT-92 tertanggal 30 Maret 1992, tentang Komunikasi Radio Antar Penduduk, menetapkan bahwa pita frekuensi 11 meter (27 Mhz) dialokasikan kembali kepada RAPI, disamping frekuensi 62 centimeter (476 Mhz). Termasuk juga penggunaan perangkat KRAP buatan luar negeri diperbolehkan untuk digunakan selama memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
Keberhasilan usaha dan perjuangan para pelaku organisasi RAPI semakin nyata, ini bisa kita lihat bahwa dengan dikeluarkannya SK Dirjen Postel Nomor : 92/Dirjen/1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP). Didalam SK tersebut ditetapkan bahwa perangkat komunikasi pada gelombang:
1. HF (High Frequency) yaitu Band Frekuensi 26.960 27.415 Mhz
2. VHF (Very High Frequency) Band Frekuensi 142.0375 143.5375 Mhz
3. UHF (Ultra High Frequency) Band Frekuensi 476.410 477.415 Mhz
dialokasikan dan dipercayakan kepada organisasi RAPI untuk pengelolaannya.
Dengan kepercayaan yang telah diberikan oleh Pemerintah, maka perlu bagi seluruh pelaku-pelaku organisasi RAPI untuk meningkatkan rasa tanggungjawabnya terhadap organisasi maupun aturan dan ketentuan yang berlaku dalam Komunikasi Radio Antar Penduduk yang telah ditetapkan, sehingga terciptalah Tertib Organisasi dan Tertib Frekuensi seperti yang kita dambakan. Semoga RAPI untuk saat sekarang maupun yang akan datang dapat membuktikan karya dan bhaktinya terhadap bangsa dan negara Indonesia yang tercinta.

Kebjaksanaan Pemerintah melalui Menteri Perhubungan telah menetapkan SK MENHUB RI Nomor : SI. 11/HK 501/Phb-80 tertanggal 6 Oktober 1980, tentang Perizinan Penyelenggaraan Komunikasi Radio Antar Penduduk. Untuk pelaksanaan keputusan tersebut, maka perlu didirikan suatu organisasi yang bertugas membantu Pemerintah dalam pengawasan dan pembinaan terhadap penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP). Memperhatikan begitu pentingnya suatu organisasi pendukung atas keputusan itu maka Dirjen Postel pada tanggal 31 Oktober, menunjuk Team Formatur dengan suratnya Nomor : 6356/OT.002/Dirfrek/80, untuk membentuk Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia yang mempunyai kepentingan pembinaan, pengelolaan, dan pengendalian Komunikasi Radio Antar Penduduk. Team Formatur yang ditunjuk, yaitu :
1. SUDARTO
2. EDDIE M. NALAPRAYA
3. SUTIKNO BUCHARI
4. A. PRATOMO, Be T.T.
5. LUKMAN ARIFIN, SH
Team Formatur diberi tugas :
Menyusun AD & ART dari Organisasi KRAP tingkat Pusat
Menyusun Pengurus Pusat dari Organisasi KRAP Setelah formatur bermusyawarah pada tanggal 2 Desember 1980 di Jakarta, maka terbentuklah susunan Pengurus Pusat Organisasi Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI ) dengan susunan AD & ART RAPI. Organisasi RAPI merupakan satu-satunya organisasi bagi penyelenggara Komunikasi Radio Antar Penduduk di Indonesia. Terpilih sebagai Ketua Umum pertama adalah EDDIE M NALAPRAYA. Organisasi tersebut didasarkan atas SK MENHUB No. SI. 11/HK S01/Phb-80, tanggal 6 Oktober 1980, yang pelaksanaannya diatur melalui SK Dirjen Postel Nomor : 125/Dirjen/1980, yang menetapkan KEPUTUSAN TENTANG PENDIRIAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS PUSAT ORGANISASI RADIO ANTAR PENDUDUK, tertanggal 10 Nopember 1980.
Tanggal 10 Nopember 1980 dijadikan tanggal lahirnya Organisasi RAPI, dan mulai saat itulah Radio Antar Penduduk Indonesia mulai berkiprah dalam mendukung pembangunan nasional melalui bantuan komunikasi maupun dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, politik, olahraga, kepramukaan, SAR, satuan komunikasi kamtibmas, dan masalah emergency lainnya, baik ditingkat Daerah maupun Tingkat Nasional. Perkembangan dan pertumbuhan RAPI semakin semarak dan telah menjadi suatu bagian hobby yang dicintai oleh masyarakat Perkembangan ini berlangsung terus sampai dengan tahun 1987. Tetapi dengan adanya kebijaksanaan Pemerintah melalui SK Menparpostel RI No. KM 48/PT.307/MPPT-85 yo SK No. 79/PT.307/MPPT-87 yang pelaksanaannya diatur di dalam SK Dirjen Postel No. 97/Dirjen/85 yo SKNo. 80/Dirjen/87, ? yang intinya tentang pita frekuensi 11 meter (27 Mhz) secara berangsur-angsur akan dicabut dan diganti dengan pita frekuensi 62 centimeter (476 Mhz) maka dengan sendirinya kegiatan RAPI menurun sangat drastis, penurunan ini disamping disebabkan ketentuan tersebut diatas juga karena akibat produser perangkat 11 meter menghentikan produksinya, sehingga anggota RAPI kesulitan mencari komponen maupun perangkat radio komunikasi 11 meter. Dalam kondisi seperti itulah, semua pelaku organisasi RAPI diseluruh Indonesia berupaya agar RAPI tetap eksis dan dapat melakukan kegiatan yang positip bagi anggota maupun masyarakat sebagai bentuk dharma bhakti kepada nusa dan bangsa. Dengan berbagai upaya melalui aspek legal maupun usaha-usaha memberikan masukan kepada Pemerintah agar kelangsungan hidup organisasi RAPI bisa tetap dipertahankan keberadaannya. Akhirnya Pemerintah memperhatikan serta tanggap terhadap aspirasi dari seluruh jajaran RAPI dan berdasarkan UU No. 3 Tahun 1989 Tentang Telekomunikasi yang didalamnya KRAP termaktub di dalam Pasal 5 Ayat 2, Pasal 12 Ayat 1 dan Ayat 3, maka Pemerintah melalui SK Menparpostel No. KM 26/ PT.307/MPPT-92 tertanggal 30 Maret 1992, tentang Komunikasi Radio Antar Penduduk, menetapkan bahwa pita frekuensi 11 meter (27 Mhz) dialokasikan kembali kepada RAPI, disamping frekuensi 62 centimeter (476 Mhz). Termasuk juga penggunaan perangkat KRAP buatan luar negeri diperbolehkan untuk digunakan selama memenuhi persyaratan teknis yang ditentukan.
Keberhasilan usaha dan perjuangan para pelaku organisasi RAPI semakin nyata, ini bisa kita lihat bahwa dengan dikeluarkannya SK Dirjen Postel Nomor : 92/Dirjen/1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Komunikasi Radio Antar Penduduk (KRAP). Didalam SK tersebut ditetapkan bahwa perangkat komunikasi pada gelombang:
1. HF (High Frequency) yaitu Band Frekuensi 26.960 27.415 Mhz
2. VHF (Very High Frequency) Band Frekuensi 142.0375 143.5375 Mhz
3. UHF (Ultra High Frequency) Band Frekuensi 476.410 477.415 Mhz
dialokasikan dan dipercayakan kepada organisasi RAPI untuk pengelolaannya.
Dengan kepercayaan yang telah diberikan oleh Pemerintah, maka perlu bagi seluruh pelaku-pelaku organisasi RAPI untuk meningkatkan rasa tanggungjawabnya terhadap organisasi maupun aturan dan ketentuan yang berlaku dalam Komunikasi Radio Antar Penduduk yang telah ditetapkan, sehingga terciptalah Tertib Organisasi dan Tertib Frekuensi seperti yang kita dambakan. Semoga RAPI untuk saat sekarang maupun yang akan datang dapat membuktikan karya dan bhaktinya terhadap bangsa dan negara Indonesia yang tercinta.
Kode 10 Untuk Komunikasi RAPI
No CODE KETERANGAN
1 10—1 Penerimaan Buruk
2 10—2 Penerimaan Baik
3 10—3 Berhenti mengudara
4 10—4 Benar/dapat dimengerti
5 10—5 Pesan untuk disampaikan
6 10—6 Sedang sibuk kecuali ada trafik
7 10—7 Ada kerusakan/tidak mengudara
8 10—8 Dapat mengudara
9 10—9 Pesan diulang
10 10—10 Penyampaian berita selesai
11 10—11 Bicara terlalu cepat
12 10—12 Mengundurkan diri/ada tamu
13 10—13 Keadaan cuaca/jalan
14 10—14 Informasi
15 10—15 Informasi sudah disampaikan
16 10—16 Harap dijemput/diambil pada….
17 10—17 Ada urusan penting/urgent
18 10—18 Ada sesuatu untuk kita
19 10—19 Bukan untuk kita, kembalikan
20 10—20 lokasi transmit
21 10—21 Hubungi via telepon
22 10—22 Agar melapor ke….
23 10—23 Standby/meminta untuk menunggu
24 10—24 Selesai melaksanakan tugas
25 10—25 Dapat menghubungi….?
26 10—26 Info terakhir kurang diperhatikan
27 10—27 Pindah cenel
28 10—28 Identitas/call sign
29 10—29 Waktu untuk menghubungi telah habis
30 10—30 Tidak mentaati peraturan
31 10—31 System antena
32 10—32 Radio check/report pesawat
33 10—33 Keadaan darurat/kecelakaan
34 10—34 Ada kerusakan/mohon bantuan
35 10—35 Informasi rahasia
36 10—36 Pukul berapa sekarang
37 10—37 Perlu mobil derek di….
38 10—38 Perlu ambulan di….
39 10—39 Pesan anda telah disampaikan
40 10—40 Perlu dokter di…
41 10—41 Silahkan pindah cenel/kanal
42 10—42 ada kecelakaan di….
43 10—43 Ada kemacetan di….
44 10—44 Ada pesan untuk anda
45 10—45 Dalam jangkauan harap lapor
46 10—46 Perlu bantuan montir kendaraan
47 10—50 Break/harap kosongkan cenel(kanal)
48 10—60 Ada pesan selanjutnya
49 10—62 tidak di mengerti harap lewat telepon
50 10—63 Pekerjaan dilanjutkan….
51 10—64 Pekerjaan telah selesai
52 10—65 Menunggu berita selanjutnya
53 10—67 Semua unit siap/setuju
54 10—69 Telah diterima
55 10—70 Ada kebakaran di….
56 10—71 Pesawat/Rig yang digunakan
57 10—73 Kurangi kecepatan pada….
58 10—74 Tidak/negatif
59 10—75 Penyebab gangguan
60 10—76 Dalam perjalanan ke….
61 10—77 Belum/tidak menghubungi
62 10—81 Tolong pesan kamar hotel
63 10—82 Pesankan kamar untuk….
64 10—84 No. telp. Saya
65 10—90 Mendapat gangguan
66 10—91 Agar bicara dekat mic
67 10—92 Pesawat anda perlu disetel
68 10—93 Radio check kecepatan frekwensi
69 10—94 Coba bicara agak panjang
70 10—95 Transmit selama 5 detik
71 10—97 Check jarum signal pesawat
72 10—99 Tugas selesai & semua selamat
73 10—100 Perlu ke kamar mandi
74 10—200 Perlu bantuan polisi di…….
75 10—300 Perlu pemadam kebakaran di….
76 10—400 Perlu bantuan tibun (penertiban umum) di…
77 10—500 Perlu bantuan provost
78 10—600 Perlu bantuan Garnisun di….
79 10—700 Perlu bantuan Timsar di…
80 10—800 Perlu bantuan petugas PLN di….
81 10—900 Perlu batuan di….
1 10—1 Penerimaan Buruk
2 10—2 Penerimaan Baik
3 10—3 Berhenti mengudara
4 10—4 Benar/dapat dimengerti
5 10—5 Pesan untuk disampaikan
6 10—6 Sedang sibuk kecuali ada trafik
7 10—7 Ada kerusakan/tidak mengudara
8 10—8 Dapat mengudara
9 10—9 Pesan diulang
10 10—10 Penyampaian berita selesai
11 10—11 Bicara terlalu cepat
12 10—12 Mengundurkan diri/ada tamu
13 10—13 Keadaan cuaca/jalan
14 10—14 Informasi
15 10—15 Informasi sudah disampaikan
16 10—16 Harap dijemput/diambil pada….
17 10—17 Ada urusan penting/urgent
18 10—18 Ada sesuatu untuk kita
19 10—19 Bukan untuk kita, kembalikan
20 10—20 lokasi transmit
21 10—21 Hubungi via telepon
22 10—22 Agar melapor ke….
23 10—23 Standby/meminta untuk menunggu
24 10—24 Selesai melaksanakan tugas
25 10—25 Dapat menghubungi….?
26 10—26 Info terakhir kurang diperhatikan
27 10—27 Pindah cenel
28 10—28 Identitas/call sign
29 10—29 Waktu untuk menghubungi telah habis
30 10—30 Tidak mentaati peraturan
31 10—31 System antena
32 10—32 Radio check/report pesawat
33 10—33 Keadaan darurat/kecelakaan
34 10—34 Ada kerusakan/mohon bantuan
35 10—35 Informasi rahasia
36 10—36 Pukul berapa sekarang
37 10—37 Perlu mobil derek di….
38 10—38 Perlu ambulan di….
39 10—39 Pesan anda telah disampaikan
40 10—40 Perlu dokter di…
41 10—41 Silahkan pindah cenel/kanal
42 10—42 ada kecelakaan di….
43 10—43 Ada kemacetan di….
44 10—44 Ada pesan untuk anda
45 10—45 Dalam jangkauan harap lapor
46 10—46 Perlu bantuan montir kendaraan
47 10—50 Break/harap kosongkan cenel(kanal)
48 10—60 Ada pesan selanjutnya
49 10—62 tidak di mengerti harap lewat telepon
50 10—63 Pekerjaan dilanjutkan….
51 10—64 Pekerjaan telah selesai
52 10—65 Menunggu berita selanjutnya
53 10—67 Semua unit siap/setuju
54 10—69 Telah diterima
55 10—70 Ada kebakaran di….
56 10—71 Pesawat/Rig yang digunakan
57 10—73 Kurangi kecepatan pada….
58 10—74 Tidak/negatif
59 10—75 Penyebab gangguan
60 10—76 Dalam perjalanan ke….
61 10—77 Belum/tidak menghubungi
62 10—81 Tolong pesan kamar hotel
63 10—82 Pesankan kamar untuk….
64 10—84 No. telp. Saya
65 10—90 Mendapat gangguan
66 10—91 Agar bicara dekat mic
67 10—92 Pesawat anda perlu disetel
68 10—93 Radio check kecepatan frekwensi
69 10—94 Coba bicara agak panjang
70 10—95 Transmit selama 5 detik
71 10—97 Check jarum signal pesawat
72 10—99 Tugas selesai & semua selamat
73 10—100 Perlu ke kamar mandi
74 10—200 Perlu bantuan polisi di…….
75 10—300 Perlu pemadam kebakaran di….
76 10—400 Perlu bantuan tibun (penertiban umum) di…
77 10—500 Perlu bantuan provost
78 10—600 Perlu bantuan Garnisun di….
79 10—700 Perlu bantuan Timsar di…
80 10—800 Perlu bantuan petugas PLN di….
81 10—900 Perlu batuan di….
Subscribe to:
Posts (Atom)